BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan
dasar bagi pengembangan kepribadian yang berlangsung di sekolah. Pendidikan
juga bermakna proses membantu individu baik jasmani maupun rohani ke arah
terbentuknya kepribadian utama (pribadi yang berkualitas). Umumnya generasi
sekarang kurang peduli terhadap lingkungan sosialnya, berpikir instan dan
sempit, ingin berhasil tanpa bekerja keras, kurang peduli terhadap masa depan,
dan hanya berpikir untuk saat ini saja.
Terkait di dunia pendidikan, untuk
menciptakan manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi maka siswa harus
memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan tolak ukur
maksimal yang di capai siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu
yang telah di tentukan bersama. Seorang siswa dikatakan mencapai perkembangan
secara optimal apabila siswa telah memperoleh pendidikan dan prestasi belajar
yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam satu sekolah sering kita jumpai
permasalahan, baik internal ataupun eksternal. Masalah-masalah tersebut
merupakan hambatan dalam usaha mencapai suatu tujuan pendidikan. Mengenai
masalah belajar yang terjadi pada siswa, biasanya kurang memiliki kebiasaan
yang baik, seperti pengaturan waktu
belajar, cara belajar yang baik dirumah maupun di sekolah, menyelesaikan
tugas-tugas PR, dan kurang dalam mempersiapkan diri saat ujian dan berakhir
pada kejadian menyontek.Permasalahan yang dialami para siswa disekolah serinng
kali tidak dapat di hindari meski dengan pengajaran yang lebih baik. Untuk
mencegah permasalahan tersebut, layanan bimbingan dan konseling sangat di
butuhkan di sekolah.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan pada latarbelakang masalah, maka
dapat di ambil pokok-pokok masalah, yaitu:
1.
Siswa cenderung tidak memiliki kebiasaan
yang baik dalam belajar baik di rumah maupun di sekolah
2.
Siswa kurang siap dalam menghadapi ujian
sehingga memilih jalan untuk menyontek.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apa penyebab siswa menyontek
2.
Layanan apakah yang dapat diberikan oleh
guru Bimbingan Konseling (BK) kepada siswa tersebut
Manfaat
Makalah
a.
Menambah wawasan dalam pengembangan ilmu
yang berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling
b.
Bahan masukan bagi para calon guru atau
mahasiswa PGSD, tentang pentingnya menggunakan layanan individu dan kelompok
dalam mengatasi masalah menyontek siswa
BAB
II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Masalah
Banyak ahli mengungkapkan pengertian
masalah, ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan
kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang
dan adapula yang mengartikan sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Setiap
masalah yang dihadapi seseorang biasanya mengandung satu atau lebih cirri di
atas. Untuk mendalami hal tersebut kita dapat melihat diri sendiri sebagai
contoh. Adakah suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya,
yang dapat menimbulkan kesulitan dan kerugian bagi orang laindan atau ingin di
hilangkan. Pada dasarnya sekolah dasar (SD) adalah mereka yang berusia berkisar
6-13 tahun. Usia tersebut sedang menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan
masa anak-anak dan memasuki masa remaja awal. Anak pada usia SD mempunyai
beberapa tugas sesuai dengan proses perkembangan mereka. Apabila tugas-tugas
tersebut tidak terpenuhi secara professional maka akan timbul permasalahan
siswa SD bersumber pada jenis-jenis tugas perkembangan mereka.
Shoffter (1986) mengemukakan masalah
tingkahlaku siswa sekolah dasar (SD)yang biasa di hadapi oleh guru sekolah
dasar yaitu:
1.
Merusak barang-barang sekolah
2.
Suka berbohong
3.
Egois
4. Sering menyontek
5.
Gaduh di kelas
6.
Keras kepala
7.
Suka mengganggu temannya
8.
Suka bertengkar, dll.
II.2 Definisi Menyontek
Definisi perilaku menyontek sangat
beragam dan dapat ditemukan dalam berbagai literature. Menyontek dalam kamus
bahasa Indonesia karangan W.J.S Purwadarminta adalah mencontoh, meniru, atau
mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Pengertian tersebut
menunjukan bahwa dalam menyontek seseorang melakukan praktik kecurangan dengan
bertanya, member informasi, atau membuat catatan untuk mendapatkan keuntungan
bagi dirinya sendiri. Keuntungan tersebut diperoleh tanpa mempertimbangkan
aspek moral dan kognitif.
II.3 Perspektif Psikologi Menyontek
Perilaku menyontek dalam proses
akademik merupakan fenomena yang dapat di gambarkan secara psikologis.
Menyontek dalam perspektif psikologis dapat di gambarkan sebagai fenomena yang
terkait pada masalah belajar, perkembangan, dan motivasi.
Dari perspektif belajar, menyontek
merupakan strategi yang dikenal dengan sebutan jalan pintas bagi kognitif
siswa. Siswa melakukan kegiatan menyontek karena mereka tidak mengetahui cara untuk
menggunakan strategi belajar.
Dari perspektif perkembangan,
menyontek mungkin terjadi dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda tergantung
pada tingkat kognitif, social, dan perkembangan moral siswa. Sebagai contoh,
kebanyak anak-anak atau siswa di sekolah dasar lebih memilih menyontek dengan
teman terdekatnya. Dan bagi siswa menengah ke atas mereka sudah mulai berani
menyontek dengan mencatat nya di kertas atau melalui internet pada handphone
nya.
II.4 Penyebab Menyontek
Menurut Bushway dan Nash, 1977;
Schab, 1991; Whitley, 1998; penyebab individu menyontek ada 2, yaitu penyebab
Internal dan Eksternal
Faktor Internal dalam perilaku
menyontek adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang di maksud
dengan menyontek atau plagiarism, rendahnya self-efficacy, dan status ekonomi
social. Faktor Internal lain adalah keinginan untuk mendapatkan nilai yang
tinggi, nilai moral (personal values) dimana siswa menganggap perilaku
menyontek sebagai perilaku yang wajar, kemampuan akademik yang rendah, tidak
dapat mengatur waktu belajar dengan baik, prokratinasi.
Faktor Eksternal yang turut menyumbang
terjadinya perilaku menyontek adalah tekanan dari teman sebaya, tekanan dari
orangtua yang menginginkan anaknya mendapatkan nilai tinggi, peraturan sekolah
yang kurang disiplin, dan sikap guru yang tidak tegas terhadap perilaku
menyontek.
II.5 Alternatif Penanganan Menyontek
Dalam menangani kasus siswa yang
sering menyontek, guru bimbingan konseling dapat memberikan layanan seperti di
bawah ini:
1.
Layanan Konseling Perorangan atau
Individu
Konseling Individual atau perorangan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
konselor kepada konseli yang sedang mengalami suatu masalah, yang bermuara pada
teratasinya masalah yang di hadapi konseli. Dengan demikian, sasaran layanan
konseling individual adalah subyek yang di duga memiliki masalah tertentu dan
membutuhkan pertolongan konselor ubtuk mengatasinya.
Pada layanan konseling individu ini
guru BK atau konselor bertemu tatap muka dengan siswa yang bersangkutan.
Menanyakan alasan ia menyontek lalu memberikan informasi atau kekuatan kepada
siswa kalau menyontek adalah perbuatan yang negative dan pasti ada dampak yang
akan muncul dari perilaku menyontek tersebut. Dan memberikan motivasi belajar
kepada siswa bahwa sebuah nilai B dapat di terima jika dari usaha terbaik
dengan kejujuran.
2.
Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran diberikan kepada
siswa agar siswa mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik. Layanan
pembelajaran merupakan layanan yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa
yang bersangkutan.
Pada layanan ini guru mengembangkan
sikap dan kebiasaaan belajar yang baik pada siswa, Sebagai upaya untuk
membangkitkan siswa agar tumbuh keinginan untuk belajar, dan terus belajar,
juga menanamkan sikap kebiasaan belajar yang baik. Menanamkan belajar adalah
kebutuhan.
3.
Layanan konseling kelompok
Konseling kelompok adalah salah satu
upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok. Layanan konseling
kelompok memungkinkan siswa bersama-sama memperoleh kesempatan bagi pembahasan
dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok dalam konseling kelompok.
Dalam layanan konseling kelompok ini
guru Bimbingan Konseling (BK) dapat menggunakan teknik bermain peran, pelatihan
asertivitas, humor, sugesti, dukungan, dll. Apa saja yang efektif yang dapat
membantu konseli mengubah keyakinan yang sudah menetap dalam. Layanan konseling
kelompok tidak hanya bertujuan menghilangkan simtom, tetapi juga membantu
memeriksa dan mengubah nilai dasar mereka terutama yang meninggalkan gangguan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Serangkaian yang meliputi dunia
pendidikan dewasa ini masih perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Mulai
dari tenaga pendidik yang belum mencapai target hingga masalah pada siswa. Sering
sekali siswa menjadi penyebab utama proses kegiatan belajar tidak sesuai dengan
yang ingin di capai. Masalah yang timbul merupakan kompleksivitas antara
masalah yang satu dengan yang lain dan berhubungan erat sehingga saling
mempengaruhi.
Dalam menghadapi siswa yang bermasalah
pemberian hukuman terhadap siswa tersebut merupakan jalan yang tidak membuat
jera siswa tersebut. Memberikan pelayanan konseling yang sesuai merupakan
solusi terbaik untuk merubah sikap siswa yang bermasalah tersebut,
Saran
Untuk menghadapi
pemasalahan pada siswa SD di butuhkan peran guru Bimbingan dan Konseling (BK)
yang harus nya tersedia sendiri di semua sekolah di SD. Karena guru BK yang
benar-benar mengerti bagaimana cara mengatasi siswa yang bermasalah tersebut.
Daftar Pustaka
Hartanto, Budy. 2011.
Bimbingan dan Konseling Menyontek Mengungkap Akar Masalah dan Solusinya.
Yogyakarta: Indeks.
Sudrajat,Akhmad.2011.
Mengatasi Masalah Siswa Melalui Layanan Konseling Individual Dilengkapi Praktik
Terbaik (Best Practice). Kadugede: Paramitra Publishing
Wardawati&Jauhar.2011.Implementasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.